Pesawat tanpa awak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sekelompok pesawat tanpa awak dipamerkan pada acara "Naval Unmanned Aerial Vehicle Air Demo" tahun 2005.
Pesawat tanpa awak atau
Pesawat nirawak (
english =
Unmanned
Aerial
Vehicle atau disingkat
UAV), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh
pilot
atau mampu mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan hukum
aerodinamika untuk mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu
membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya . Penggunaan terbesar
dari pesawat tanpa awak ini adalah dibidang militer.
Rudal
walaupun mempunyai kesamaan tapi tetap dianggap berbeda dengan pesawat
tanpa awak karena rudal tidak bisa digunakan kembali dan rudal adalah
senjata itu sendiri.
Deskripsi
Piccolo nano, UAV autopilot components
Pesawat tanpa awak memliki bentuk, ukuran, konfigurasi dan karakter yang bervariasi. Sejarah pesawat tanpa awak adalah
Drone,
pesawat tanpa awak yang digunakan sebagai sasaran tembak. Perkembangan
kontrol otomatis membuat pesawat sasaran tembak yang sederhana mampu
berubah menjadi pesawat tanpa awak yang kompleks dan rumit.
Kontrol pesawat tanpa awak ada dua variasi utama, variasi pertama
yaitu dikontrol melalui pengendali jarak jauh dan variasi kedua adalah
pesawat yang terbang secara mandiri berdasarkan program yang dimasukan
kedalam pesawat sebelum terbang.
Saat ini, pesawat tanpa awak mampu melakukan misi pengintaian dan
penyerangan. Walaupun banyak laporan mengatakan bahwa banyak serangan
pesawat tanpa awak yang berhasil tetapi pesawat tanpa awak mempunyai
reputasi untuk menyerang secara berlebihan atau menyerang target yang
salah.
Pesawat tanpa awak juga semakin banyak digunakan untuk keperluan
sipil (non militer) seperti pemadam kebakaran , keamanan non militer atau pemeriksaan
jalur pemipaan. Pesawat tanpa awak sering melakukan tugas yang dianggap terlalu kotor dan terlalu berbahaya utnuk pesawat berawak.
Saat ini Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) telah diproduksi oleh
industri dalam negeri antara lain : PT. Dirgantara Indonesia, PT. UAV
Indo, PT. Globalindo Tekhnologi Service Indonesia, PT. RAI (Robo Aero
Indonesia), PT. Aviator dan PT. Carita. Adapun PTTA hasil produk dalam
negeri tersebut saat ini digunakan untuk kepentingan olah raga
kedirgantaraan dan beberapa industi masih mengadakan pengembangan PTTA
untuk kepentingan sasaran latihan Arhanud. Dengan adanya kemampuan
berbagai industri dalam negeri dalam mengembangkan PTTA tersebut,
merupakan potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan PTTA yang memiliki kemampuan sebagai pesawat
pengintai/pemantau sasaran/obyek dari udara. Pengembangan PTTA tersebut
dilakukan dengan melengkapi sebuah kamera dan hasilnya secara langsung
dapat diamati pada layer Display di Ground Station.
Pengembangan
Dalam sebuah perancangan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA), terlebih
dahulu harus mendefinisikan misi penerbangan seperti apa yang akan
dilakukan oleh pesawat tersebut. Hal ini harus dilakukan karena tidak
ada satu jenis PTTA yang bisa melakukan semua misi yang ada dalam
penerbangan. Pesawat Terbang Tanpa Awak dimaksudkan untuk mengemban misi
pemantauan udara untuk melihat obyek yang diam atau bergerak diatas
permukaan tanah. Misi tersebut dilakukan diwilayah dengan dukungan
infrastruktur yang minim seperti daerah hutan, pegunungan, rawa dan
lain-lain. Dengan misi tersebut, maka PTTA harus merupakan gabungan
karakter antara tipe pesawat sport, trainer dan pesawat trainer glider,
yaitu berkecepatan rendah, sangat stabil, dapat melayang dan mudah
dikendalikan. Agar dapat melakukan pemantauan dengan seksama maka PTTA
harus memiliki tinggi terbang 200 m, kecepatan terbang 60 km/jam dan
lama terbang 60 menit.
Agar dapat dimobilisasi/demobilisasi dengan mudah maka pesawat
tersebut harus praktis, portable dan agar dioperasikan secara “Take off
hand launched” maka bobot dari pesawat harus ringan agar dapat
diluncurkan dengan menggunakan tangan, sehingga berat pesawat harus
lebih kecil dari 6 kg. Sementara itu, pada bagian Airframe/Fuslage PTTA
terdapat berbagai instrument, untuk itu perlu lift yang besar dari
pesawat, untuk memperoleh lift yang besar maka sayap harus luas,
menggunakan wing aerofoil Un simetris dengan letak letak sayap berada
diatas airframe dan menggunakan engine power yang tidak terlalu besar.
Disamping onstrimen yang terdapat dalam pesawat, PTTA dilengkapi video
camera
system dengan karakteristik sebagai berikut :
- Resolusi : minimum sama dengan reolusi TV yaitu 420 lines
- Berat : tidak lebih dari 500 gr
- Volume : tidal lebih dari 350 cm3
- Telemetry : Line of Sight (LOS) dengan frekuensi yang aman
Spesifikasi PTTA
- Panjang pesawat : 1800 mm
- Tinggi : 250 mm
- Lebar sayap : 2100 mm
- Type engine : 1,5 Hp
- Take of weight : < 6 kg
- Payload : 500 gram
- Edurance : 1 Hour
- Low speed : 20 km/h
- Normal speed : 60 km/h
- Operating Altitude : 200 meter
- Max Altitude : 1000 meter
- Radio modem : Range 10 km
- Video Downlink : Range 10 km
- Video Downlink Freq : 2,4 Ghz
- Radio Control TX Freq : 72 Mhz
- Power Sistem : 12 V DC
- Bidang kendali : Standar (2 bidang Aileron, 1 bidang elevator dan 1 bidang Rudder)
Sistem kendali PTTA
Tahap manual
Pada tahap ini take off dan landing peran pilot (operator) mutlak
diperlukan untuk mengendalikan PTTA mencapai ketinggian dan kecepatan
operasi yang diinginkan serta untuk mengantisipasi keadaan pengendalian
yang di luar dugaan. Pada tahap ini pilot menggunakan Remote Control
Transmitter (R/C Tx) untuk mengendalikan PTTA. Dalam pengujian
menggunakan R/C Tx, pilot dapat dengan efektif mengendalikan PTTA sampai
pada jarak 1 km dengan kondisi batere yang baik.
Kemudian setelah melalui serangkaian uji terbang, maka dilakukan
beberapa perubahan pada rancangan awal. Perubahan tersebut adalah :
panjang pesawat menjadi 1050 mm, panjang sayap menjadi 1800 mm dan
bidang kendali aileron kiri dihilangkan. Perubahan-perubahan ini
dilakukan untuk : menambah kecepatan jelajah PTTA, mendapatkan
kestabilan static yang lebih baik serta meminimalisir bagian mekanik
yang kritis di pesawat agar aman saat terjadi benturan ketika mendarat.
Tahap autopilot
Ketika PTTA sudah berada pada ketinggian operasi dan kecepatan
terbang yang diinginkan maka pilot mengaktifkan system kendali
autopilot.
Sistem ini meliputi : Wing leveler untuk menjaga pesawat tetap
datar/level, Airspeed hold untuk menjaga kecepatan pesawat agar tetap
pada satu angka kecepatan yang telah deprogram dan Altitude hold untuk
menjaga ketinggian terbang pesawat agar tetap pada satu ketinggian yang
telah diprogramkan. Pada pengujian autopilot system diperoleh hasil yang
sangat baik, terindikasi dengan performa terbang (ketinggian, kecepatan
dan kestabilan terbang) yang baik. Pesawat ini dapat terbang dengan
lintasan lurus dan mendatar.
Sistem Navigasi PTTA
PTTA memiliki system navigasi yang berbasis GPS. Pada uji penerbangan
waypoint following (mengikuti titik-titik koordinat yang telah
ditentukan) system navigasi ini bisa bekerja dengan baik. Navigasi
berbasis GPS secara efektif memandu pesawat melakukan penerbangan PTTA
melewati titik-titik koordinat yang telah diprogram dibantu dengan
system autopilot. PTTA memiliki fungsi utama sebagai pengintai. Dengan
demikian penempatan kamera video sebagai mata dari pesawat ini menjadi
penting. Ada beberapa hal penting yang dipertimbangkan dalam penempatan
kamera, antara lain memiliki sudut pandang yang terbuka, menjadi alat
Bantu pengendalian bagi pilot dan ditempatkan pada dudukan yang kokoh.
Pemanfaatan pesawat tanpa awak
Pemanfaatan pesawat tanpa awak yang telah menunjukkan hasil
menjanjikan di luar negeri umumnya jauh dari konsumen, di lokasi kerja,
atau kawasan relatif terpencil yang biasanya menggunakan pesawat
berawak.
Perusahaan tambang memakai kamera definisi tinggi yang terpasang pada
badan pesawat tanpa awak untuk menciptakan peta tambang tiga dimensi
yang penting dalam kalkulasi volume material yang telah digarap. Hal
tersebut memungkinkan banyak perusahaan untuk menyesuaikan taksiran
produksi. “Lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efisien” daripada juru
survei manusia atau pesawat berawak, ujar Thomas Lerch, pengguna pesawat
tanpa awak untuk kepentingan pengukuran tambang kerikil dan tempat
pembuangan sampah akhir di Swiss.
Contoh pesawat tanpa awak
Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan dan jatuhnya
korban jiwa. Teknologi pesawat tanpa awak adalah salah satu terobosan
untuk mengurangi jatuhnya korban nyawa manusia dalam tugas-tugas di
udara. Berikut ini ada beberapa jenis pesawat tanpa awak yang pada
umumnya di pakai :
RQ-8A Fire Scout
Helikopter tanpa awak ini diadopsi dari jenis helikopter ringan
Schweizer Model 330SP. RQ-8A Fire Scout digunakan oleh U.S. Navy dalam
misi pengintaian. Helikopter ini dapat beroperasi selama empat jam lebih
dengan jarak 120 mil dari pusat kendali. Fire Scout dilengkapi dengan
sistem navigasi berbasis GPS dan mampu beroperasi secara otonom. Karena
mampu beroperasi secara otonom, pusat kendali dapat mengendalikan tiga
helikopter tak berawak ini secara simultan. Sea Scout, kembangan dari
helikopter tak berawak ini, bahkan mampu mengangkut rudal udara-darat
(air-to-surface missiles) untuk misi pengeboman.
RQ-2B Pioneer
Pesawat tanpa awak ini adalah hasil kolaborasi antara AAI Amerika dan
Israel Aircraft Industries. Pesawat ini telah dipergunakan oleh U.S.
Marine Corps, U.S. Navy dan U.S. Army sejak 1986. Pioneer bertugas
melakukan pengintaian, pengawasan, pencarian target, dan mendukung
penembakan angkatan laut baik pada siang hari maupun malam hari. Pesawat
ini dapat diluncurkan dari kapal dengan bantuan dorongan roket atau
diluncurkan dari darat dengan bantuan ketapel. Dengan panjang badan 14
kaki dan rentang sayap 17 kaki, Pioneer dapat terbang hingga ketinggian
15,000 kaki selama lima jam. Pioneer dapat mengangkut beban hingga 37 Kg
dan dapat dilengkapi dengan sensor optic atau infrared dan alat
pendeteksi ranjau. RQ-2B Pioneer
Boeing Scan Eagle
Pesawat berbobot 20 Kg ini dapat terbang selama 15 jam dengan
ketinggian lebih dari 16,000 kaki dan kecepatan 60 mil per jam. Pesawat
ini dapat diluncurkan baik dari darat maupun dari kapal laut. Scan Eagle
adalah pesawat tanpa awak yang tidak dapat dideteksi oleh radar, selin
itu suaranya pun hampir tidak terdengar. Scan Eagle terbang dengan
dipandu sistem GPS dan dilengkapi dengan kamera dan sensor infra-red.
Northrop Grumman Global Hawk
Global Hawk adalah pesawat tanpa awak yang terbesar dan tercanggih di
dunia saat ini. RQ-4 Global Hawk adalah pesawat tanpa awak pertama yang
mem[eroleh sertifikasi dari FAA (badan penerbangan Amerika) untuk
terbang dan mendarat di bandara sipil secara otomatis. Karena
keunggulannya ini, Global Hawak diharapkan dapat menjadi perintis
pesawat penumpang dengan pilot otomatis dimasa mendatang. Pada saat
pengujian, Global Hawk mampu terbang dari Amerika Serikat menuju
Australia pulang pergi dengan membawa sejulah alat pengintai. Untuk
keperluan militer, pesawat ini dapat dipergunakan untuk melakukan
pengintaian, pengawasan dan survey intelejen pada daerah yang luas dan
dalam jangka waktu yang lama. Northrop Grumman Global Hawk
General Atomics MQ-9 Reaper
Reaper adalah pesawat multi fungsi tanpa awak yang dikembangkan untuk
menjadi mesin penghancur. Dalam operasi militer Amerika di Afghanistan
dan Irak, MQ-9 dilengkapi dengan rudal AGM-114 Hellfire dan dipergunakan
untuk memburu dan menghancurkan target. Pesawat ini dapat mengangkut
beban hingga lima ton, berkecapatan 230 mil per jam pada ketinggian
50,000 kaki dan dapat terbang sejauh 3,682 mil. Pesawat ini dilengkapi
dengan IR targeting sensor, laser rangefinder dan synthetic aperture
radar. MQ-9 dapat dibongkar pasang dan diangkut ke berbagai lokasi
dengan mudah.
AeroVironment Raven dan Raven B
RQ-11A Raven, yang dibuat pada tahun 2002-2003, adalah versi kecil
dari 1999-vintage AeroVironment Pointer, yang dilengkapi dengan GPS
navigation system, dan peralatan control. Badan pesawat ini terbuat dari
Kevlar dan berbobot, dua Kilogram. Pesawat tanpa awak ini memiliki
radius operasi lebih dari 6 mil dan dapat terbang selama 80 menit pada
kecepatan 60 mil per jam. Raven B dilengkapi dengan berbagai jenis
sensor dan laser target designator. AeroVironment Raven dan Raven B:
RQ-11A Raven
Bombardier CL-327
Karena bentuknya yang unik, pesawat tanpa awak ini sering disebut
sebagai kacang terbang. Bombardier CL-327 VTOL adalah pesawat pengawas
tanpa awak yang dimotori mesin Williams International WTS-125 turboshaft
engine berdaya 100 tenaga kuda. Dengan bobot maksimum 300 Kg saat
takeoff, CL-327 dapat difungsikan sebagai alat relay komunikasi,
menginspeksi keadaan lingkungan dan melakukan patroli di daerah
perbatasan. Pesawat ini telah banyak membantu aparat dalam upaya
pemberantasan narkotika dan dalam operasi-operasi pengintaian militer.
Pesawat ini dapat mengudara selama lime jam dan dilengkapi dengan
berbagai sensor, datalink systems dan sistem navigasi baik berupa GPS
maupun inertial navigation systems.
Yamaha RMAX
Pesawat ini adalah pesawat terbang tanpa awak yang paling banyak
dipergunakan di dunia untuk keperluan non militer. Helikopter mini
Yamaha RMAX, dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan misalnya untuk
menyemprotkan pestisida dan pupuk, dan melakukan survey untuk keperluan
penelitian. Helikopter ini mempergunakan mesin YAMAHA dua langkah dan
dapat terbang hingga ketinggian 500 kaki.
Lockheed Martin Desert Hawk
Desert Hawk mulai diproduksi pada tahun 2002, untuk memenuhi
kebutuhan militer Amerika dalam misi-misi pengawasan di Irak. Desert
Hawk digerakkan dengan mesin listrik dan dilengkapi dengan GPS. Pesawat
ini dapat terbang hingga ketinggian 1000 kaki dan beroperasi secara
otonom dengan panduan GPS. Pesawat tanpa awak ini dapat terbang dengan
kecepatan 57 mil per jam dalam radius tujuh mil.
General Atomics MQ-1 Predator
Predator yang mampu terbang dengan kecepatan 135 mil per jam ini
adalah pesawat pengintai tanpa awak yang dilengkapi dengan persenjataan
tempur. Predator mampu terbang hingga ketinggian 25,000 kaki dan
menempuh jarak 450 mil. Predator dilengkapi dengan dua rudal AGM-114
Hellfire berpemandu laser. Pesawat ini merupakan pesawat terbang tanpa
awak pertama yang dapat menghancurkan terget-terget di darat. Predator
pertama kali dipergunakan dalam operasi militer Amerika di Afghanistan.
Puna

Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Puna
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) untuk berbagai keperluan pemantauan dari udara,
seperti pemetaan, pemantauan kebakaran hutan, mitigasi bencana,
pencarian korban hingga keperluan militer.
Prinsipnya PUNA mampu membawa terbang berbagai peralatan seperti
kamera, alat pengintai dan sejenisnya hingga seberat 20kg," kata Deputi
Kepala BPPT bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa,
Surjatin Wirjadidjaja di Jakarta, Senin.
Mengenai harga pesawat nir awak dengan pesawat sejenis buatan negara
lain, ia menyebutkan, sekitar ratusan juta rupiah. Nilai tersebut
bertambah tergantung dari peralatan yang dibawanya.
Kegiatan pengembangan PUNA diawali dengan pembuatan wahana sasaran
tembak atau target drone yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
prajurit Pusenart (Pusat Senjata Artileri) TNI-AD. PUNA dirancang
mempunyai kecepatan jelajah 80 knot dengan jangkauan terbang mencapai 30
km di ketinggian sekitar 7.000 kaki.
Puna Sriti
Selain UAV LSU 02 Lapan, Indonesia juga mengembangkan UAV Sriti
buatan BPPT. UAV Sriti telah unjuk kebolehan dihadapan para siswa
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat /SESKOAD di Subang-Jawa Barat 2
Mei 2013. Sebelum dibawa ke siswa Seskoad, UAV Sriti melakukan uji coba
menggunakan engine baru, tanggal 25 April 2013 di Batujajar-Jawa Barat.
Pengujian ini untuk mengetahui kehandalan sistim propulsi dan kesesuaian
mencapai terbang mandiri. Dalam rangkaian pengujian tersebut juga
dilakukan uji kehandalan sistem transmisi data dari UAV ke Ground
Control Station (GCS). Operasi terbang Sriti terpantau dari hasil
pengiriman dokumentasi data parameter terbang, foto dan video yang
secara real time dikirim Ground Contro.
UAV Sriti dioperasikan untuk pengintaian terbang berdurasi 2 jam
dengan jangkauan radius 75 km. Kelebihan Sriti adalah, tidak memerlukan
landasan untuk take off dan hanya menggunakan peluncur serta dapat
mendarat menggunakan jaring. UAV Sriti dioperasikan oleh satu regu
prajurit (10 orang) untuk memasang, menarik peluncur, monitoring GCS,
bongkar pasang jaring dan pilot. Sistem ini cocok dipakai TNI AD dan
dapat dimobilisasi dengan mudah ke berbagai tempat.
Meski UAV Sriti masih dalam skala riset, SESKOAD berkeyakinan dimasa
mendatang TNI AD membutuhkan banyak UAV model Sriti untuk melakukan
pengawasan teritorial di wilayah perbatasan bahkan akan ditempatkan
disetiap KOREM. UAV Sriti juga dipersiapkan untuk misi pemantauan
(surveilance & recoqnition) pergerakan penyerangan dan pertahanan
pasukan militer.
Pesawat ini berwarna putih. Sriti adalah wahana udara nirawak jarak
dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult
(pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.
"Sriti untuk surveilance. Karena bisa take off
dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk
melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI. Sriti ini bisa melihat
ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI," papar
Chief Engineer BPPT, Muhamad Dahsyat di lokasi.
Yang kedua, imbuh Dahsyat, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal
area seperti bandara. Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di
gunung-gunung, jadi lebih efektif.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 2.988 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 8,5 kilogram
- cruise speed 30 knot
- endurance 1 jam
- range 5 nautical mile
- altitude 3.000 feet
- catapult 4.500 mm
- catapult bungee chords.
Puna Alap-alap
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda
tentara. Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan
konfigurasi desain inverted V-tail dan double boom menggunakan landasan
sebagai sarana take off.
Alap-alap didesain long race. Untuk kebutuhan surveilance saja.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 3.510 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 18 kilogram
- cruise speed 55 knot (101,86 km/jam)
- endurance 5 jam
- range 140 kilometer
- altitude 7.000 feet
- payload = gymbal camera video.
Puna Gagak
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih.
Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi
desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan sebagai
sarana take off - landing.
Puna Gagak ini sama dengan Pelatuk tetapi berbeda misi. Kalau Gagak
untuk misi rendah-naik-rendah lagi. Dan bisa digunakan untuk Angkatan
Laut.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
Puna Pelatuk
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem.
Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi
desain V-tail inverted high wing dan high boom, menggunakan landasan
sebagai take off - landing.
Kalau Pelatuk itu low-high-low, menukik ke bawah, kemudian naik lagi.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
Puna Wulung
Selain memiliki Sriti, BPPT juga mengembangkan UAV Wulung dengan
ukuran yang lebih besar dari Sriti dan membutuhkan landasan untuk take
off. Kontrak produksi UAV Wulung dengan BPPT telah dilakukan tanggal 29
April 2013. BPPT menyatakan kesiapannya untuk memproduksi pesawat tanpa
awak tersebut bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai
pelaksana produksi. PT LEN ikut bekerjasama dalam mengembangkan UAV yang
lebih modern.
Puna Wulung memiliki spesifikasi berat kosong maksimal 60 kg, berat
muatan 25 kg, kecepatan jelajah 55 knot, bentang sayap 6,34 meter,
ketahanan terbang empat jam dan ketinggian terbang 12.000 kaki di atas
permukaan tanah. Pesawat tersebut dilengkapi kamera pengintai yang
dihubungkan dengan pusat pengendali di darat.
Saat ini tim UAV Wulung terus mengembangkan pesawat tersebut.
’’Pesawat ini sekarang masih memiliki kemampuan 3,5
gravitasi. Kami sedang kembangkan agar memiliki kemampuan 7 gravitasi
sehingga mampu menahan beban ratusan kilogram,’’ ujar Kepala Program UAV
BPPT, Joko Purnomo.
Umumnya, pesawat militer tak berawak milik negara maju telah berada
di level tiga. Level tertinggi atau level empat yang mampu dicapai saat
ini adalah kemampuan jelajah di atas 70 ribu kaki.
Wulung akan memenuhi kebutuhan skuadron Supadio TNI AU, Pontianak.
Dengan adanya UAV, fungsi pengawasan oleh kapal dan pesawat berawak TNI
AU bisa lebih efisien. UAV bisa menggantikan biaya tinggi akibat
pengawasan di wilayah perbatasan.
Selain untuk keperluan militer, UAV Indonesia juga digunakan untuk
pengawasan transportasi, SAR, penelitian atmosfer, pengawasan
kebencanaan, kargo operasi hujan buatan, penyebaran benih, pengamatan
vegetasi daerah kritis yang sulit, pengambilan gambar film dan lain
sebagainya.
Pesawat ini bermotif loreng hijau tosca dan abu-abu.
Wulung ini medium. Terbang bisa mencapai waktu 4 jam. Dan muatannya
cukup hingga bisa dipakai untuk membuat hujan buatan maupun penyebaran
benih.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.360 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kg
- cruise speed 60 knot (111.12 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 120 KM
- length 4.320 mm
- height 1.320 mm
LSU 02

Artikel utama untuk bagian ini adalah:
LSU 02
Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional /LAPAN akhirnya berhasil
menerbangkan pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) LSU
02 sejauh 200 kilometer dengan waktu tempuh dua jam, pergi dan pulang ke
lapangan udara Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. UAV dengan bahan bakar
Pertamax Plus (RON 95) ini terbang secara autonomous dan berhasil
kembali mendarat dengan mulus di lapangan udara Pameungpek, Garut.
“UAV ini bisa terbang sangat jauh hingga 5 jam. Lima liter pakai
Pertamax Plus oktan 95. Kalau terbang 1 jam 0,9 liter,” ucap Kepala
Bidang Avionic LAPAN Ari Sugeng di acara Harteknas di Aula BPPT Jakarta.
LSU 02 berbobot 15 kg, dilengkapi 2 kamera foto dan
kamera video. Pesawat ini mampu terbang dengan ketinggian 3000 meter.
Lapan kini sedang menyiapkan generasi baru UAV yang mampu terbang hingga
ketinggian 7200 meter, dengan payload dan endurance yang lebih besar.
Dalam artian, Lapan terus meningkatkan jangkauan terbang (long
distance), kemampuan terbang (long endurance), kemampuan terbang secara
automatis (autonomous flying), dan kemampuan take off dan landing.
Pesawat nirawak LSU 02 besutan LAPAN ini sebelumnya telah memecahkan
rekor dari Museum Rekor Indonesia atau yang akrab disebut dengan MURI
untuk kategori pesawat UAV atau nirawak yang mampu menempuh jarak
terbang terjauh, yakni sejauh 200km.
LSU 02 buatan LAPAN ini mampu membawa beban dengan berat maksimal
hingga 3kg dengan kecepatan terbang hingga 100km/jam. Pesawat nirawak
seperti LSU 02 ini sangat bermanfaat untuk memantau wilayah yang sulit
dijangkau manusia atau wilayah yang berbahaya, misal memotret kawah
gunung berapi atau memantau kawasan bencana.
Pesawat nirawak LSU 02 besutan LAPAN ini memiliki panjang sayap
hingga 2400mm dan panjang badan pesawat 1700mm. Seperti layaknya pesawat
UAV lainnya, pesawat LSU 02 ini memiliki kemampuan untuk terbang secara
otomatis yang dikandalikan dari jauh atau diprogram untuk menuju
sasaran tertentu.
Seperti yang dilansir dari Kompas (22/08/2013), era modern seperti
sekarang ini keberadaan pesawat nirawak seperti LSU 02 sangat
bermanfaat. Tak hanya digunakan untuk memantau wilayah yang sulit
dijangkau atau berbahaya, pesawat nirawak dapat dimanfaatkan oleh
militer untuk misi pengintaian di wilayah musuh.
LSU 02 adalah Pesawat Tanpa Awak yang Mampu Terbang secara
Autonomous. Kinerja terbang pesawat tanpa awak yang sering menjadi
ukuran yaitu kemampuan jangkauan terbang (long distance), kemampuan lama
terbang (long endurance), kemampuan terbang secara automatis
(autonomous flying), dan kemampuan take off dan landing. Kemampuan
tersebut juga menyangkut aspek inovasi aircraft (desain pesawat
terbang), propulsi, avionik, dan aerodinamika
Pesawat LSU 02 merupakan hasil penelitian dan pengembangan Pusat
Teknologi Penerbangan Lapan. Pesawat UAV yang telah melakukan berbagai
misi ini mampu terbang secara autonomous dengan jangkauan terbang hingga
300 kilometer
Spesifikasi LSU 02
- Panjang badan ± 200 cm
- Panjang bentangan sayap (wing span) 250 cm
- Engine 10 hp/ 3,5 ltr
- Endurance 5 jam
- Jarak jangkau maksimum 450 km
- Komunikasi telementri 900 MHZ dengan daya 1 watt
- Dilengkapi dengan system otomatis (autonomous flying system)
- Kapasitas muatan 3 kg
Pesawat ruang angkasa tanpa awak
Pesawat ruang angkasa ini lazim diproduksi dan diterbangkan. Karena
tidak membawa manusia di dalamnya, pesawat ini lebih bebas bergerak dan
memiliki fungsi yang lebih variatif. Dalam bahasa Inggris, pesawat
seperti ini disebut unmanned spacecraft. Sebagian pesawat ruang angkasa
tanpa awak difungsikan sebagai satelit ruang angkasa, seperti Sputnik 1.
Beberapa contoh pesawat ruang angkasa tanpa awak adalah Explorer 1,
Project SCORE, SOHO, berbagai tipe Sputnik, Syncom, X-37, dan
sebagainya.
Karena dirancang untuk terbang tanpa awak, pesawat luar angkasa ini
tidak memiliki sistem pengendali langsung. Gerakan dan pengendalian
pesawat ini dilakukan dengan jarak jauh dari bumi. Jadi para ahli
memonitor pesawat yang sedang terbang melalui serangkaian peralatan
pendukung di bumi.