4 November 2013

Las oxy acytelin


1.Pengertian Las oxy-acetylene
Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual,dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan.Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat jugadipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaanuntuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), danreparasi (repair & maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon,terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipundemikian hampir semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas denganlas gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal).Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane,untuk logam–logam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimanaudara sendiri mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%),argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).Hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkanpada gambar dibawah.

2.Macam-macam nyala api
a.     Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
b.     Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
c.Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.
3.Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengelasan Oxy-acetylene :
1.    Pemanasan benda kerja menggunakan nyala api las harus terbagi rata pada kedua bagian benda kerja yang hendak disambung.
2.    Pemanasan benda kerja dilakukan secara berangsur-angsur hingga mencapai titik lebur
3.    Ujung kawat pengisi dicairkan pada saat kampuh las sudah melebur.
4.    Ketika melakukan pengelasan posisi vertikal, kawah lasan tidak boleh terlalu besar agar benda kerja yang sedang berada dalam kondisi cair tidak tumpah

4.Teknik Ayunan Nozzle

1.    Ayunan melingkar 

2.    Ayunan segitiga/zig-zag

3.    Ayunan trapesium

4.    Ayunan “l”
5.    Ayunan “e”
6.    Ayunan “i”


5.Macam-macam pengelasan
a.Mengelas Posisi Mendatar 
       Kampuh I

  Kemiringan nozzle antara 60o– 70o.
  Kemiringan bahan tambah antara 30o– 40o.
  Bahan tambah dipanasi hingga mencair, dan digerakkan mengayunke samping (kiri-kanan) untuk mengaduk kawah lasan.

                  Kampuh V
  Pada saat mengelas kampuh V, harus diperhatikan agar cairan las tidak menetes di muka nyala api las.
  Kemiringan nozzle 70o, sedangkan bahan tambah dimiringkan 60o terhadap jalur lasan.
  Pada saat mengisi jalur lasan, nozzle dan bahan tambah dijauhkan –didekatkan ke kampuh secara bersamaan dengan arah gerakan yang berlawanan.
  Saat nozzle dijauhkan, bahan tambah didekatkan ke kampuh, dan sebaliknya; dilakukan secara kontinyu hingga alur lasan selesai.
    
                  Kampuh Berimpit
  Nyala api las diarahkan ke sudut kampuh agar pencairan terjadi pada kedua benda kerja.
  Nozzle dimiringkan membentuk sudut 80o terhadap permukaan benda kerja dan 60o – 70o terhadap jalur lasan.
  Bahan tambah dimiringkan 30o– 40o terhadap jalur lasan.

Kampuh T
  Posisi benda kerja diatur sedemikian rupa agar kampuh membuat sudut 45o terhadap bidang horisontal.
  Sebelum melakukan pengelasan, buat titik-titik las pengikat (tack weld ) beberapa tempat.
  Sudut jalan bahan tambah berkisar antara 30o– 40o terhadap jalur lasan.

Kampuh Sudut Luar 
  Nyala api las diarahkan ke tengah kampuh.
  Nozzle digerakkan sepanjang jalur sambungan.
  Kemiringan nozzle sekitar 70o terhadap jalur lasan.
  Kemiringan bahan tambah sekitar 60o terhadap jalur lasan.

b.Mengelas Posisi Horisontal
Pada pengelasan posisi horisontal, cairan las cenderung mengalir kebawah. Oleh karena itu posisi nozzle dimiringkan ke bawah 10o dari garis horisontal seperti pada gambar.Apabila cairan las terlihat akan meleleh, jauhkan nyala api las darikawah lasan.Ayunan nozzle dilakukan sekecil mungkin.Untuk pengelasan arah mundur (ke kanan), lakukan ayunan nozzle dengan kecepatan 2 atau 3 langkah per detik.
c.Mengelas Posisi vertikal
Bahan tambah diposisikan di antara nyala api las dengan kawah cair.Sudut bahan tambah 45o– 60o dan sudut nozzle 80o terhadap jalur lasan. Pengelasan dimulai dengan mencairkan las titik pengikat bawah untuk membentuk rigi-rigi las, kemudian dilakukan pengelasan ke arah atas. Nozzle dan bahan tambah diayun ke samping (kiri-kanan) denganarah gerakan berlawanan. Pada akhir jalur lasan, bahan tambah diposisikan di sebelah atas nozzle.
d.Mengelas di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
e.Mengelas di atas kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
f.Mengelas dengan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
g.Mengelas dengan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
6.Cacat-Cacat Pada Las Asetilin
Dengan kondisi pengelasan yang benar, teknik dan meterial sesuai standar,akan menghasilkan pengelasan yang sangat berkualitas. Tetapi seperti pada proses pengelasan yang lain, cacat las dapat terjadi. Cacat yang sering terjadi pada proses pengelasan Oksi-Asetilin antara lain :
• Penetrasi yang kurang sempurna
• Fusi yang kurang sempurna
• Undercutting
• Porosity
• Longitudinal crack

7.Alat Bantu Dan Keselamatan Kerja

ALAT BANTU :

1. Sikat kawat (wire brush)
Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-sisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat terbuat dari kawat-kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagianyang disikat.

2. Palu las (chipping hammer).
Palu las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pemotongan dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan untuk memukul pada bagian sudut rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan untuk memukul benda-benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan pada bentuk ujungujung palu sehingga palu tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya
.
3.Tang penjepit
Untuk menjepit/memindahkan benda-benda yang panas yang memperoleh panas dari hasil pemotongan dan pengelasan. Tangkai tang biasanya diisolasi

ALAT KESELAMATAN KERJA

1.Topeng las (welding mask)
Untuk melindungi mata, kepala/rambut operator dari percikan-percikan padasaat melakukan pemotongan dengan oksi-asetilin atau api las dan benda -bendapanas lainnya. Juga untuk melindungi muka operator las terhadap percikan hasilpemotongan, dan ledakan percampuran gas yang tidak sempurna.

2.Sarung tangan kulit
Pekerjaan mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas,kontak dengan panas sering terjadi yaitu pada saat pengelasan dan pemotongan benda kerja yang memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan dan pemotongan. Untuk melindungi tangan dari percikan-percikan api las dan percikan pada saat pemotongan benda-benda panas maka operator las harus menggunakan sarung tangan.

3.Jaket kulit/Apron kulit.
Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda kerja serta pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada baian badan perlu dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron kulit.

 4.Kaca mata pengaman (safety glasses)
Untuk Melindungi mata pada saat membersihkan kampuh las serta terak hasil dari pemotongan yang menggunakan palu terak maupun mesin gerinda.

5.Sepatu safety